sempeneRIAUteater adalah sebuah komunitas teater yang berdiri pada akhir november 2009 di Rengat,Riau. komunitas ini adalah peleburan dari satu komunitas besar sebagai induknya yaitu sanggar MiniTeaterKotaRengat 1989.
Jumlah Pengunjung Saat Ini
Sabtu, 13 Februari 2010
EVALUASI GAGAS TEATER / 13 FEB 2010
GAGAS TEATER hanya sebuah konsep dari pemaknaan ruang persentasi ajang dekade 2 bulan sekali atas kerja kreatif yang diadakan secara bertahap dan berkala setiap seminggu sekali oleh sempeneRIAUteater INDRAGIRI HULU [SI] dalam Kelas Laboratorium Seni Teater. Bahwa kemudian GAGAS TEATER di anggap sebagai ajang coba-coba bisa pula dikatakan “ya” ; atas sebuah kesempatan dengan segala kemudahan prasarana yang tersedia dengan gratis yang diberikan kepada anggota kelas terdaftar sebagai peserta didik dalam Kelas Laboratorium Seni Teater tersebut. Konsep GAGAS TEATER yang mengesankan keminiman dan kemiskinan atau lebih kasar lagi adalah ketiadaan ini, secara tidak langsung telah mengusung sebuah semangat penampilan yang harus bagus—harus sempurna—harus berkesan para penyajinya : para peserta didik. Malam perdana GAGAS TEATER yang bertepatan diadakan pada kesempatan pergantian tahun cina (IMLEK) dan hari semangat kasih sayang (VALENTINE) telah secara langsung mengsugesti semangat kreatif dari SATEPENSA (SMP 1 RENGAT), DAyung sereMPAK TEATER (SMK 1 Rengat) dan Sanggar Seni Danau Raja (SSDR TEater) tampil maksimal dalam karya bertema ‘1 x 1 = 8 (kosong)’ Selamat !! sempeneRIAUteater I N D R A G I R I H U L U SATEPENSA Dalam karya visualisasi puisi “AKU DAN ANAK KEMBARKU, DAN ANAKKU YANG SATUNYA LAGI YANG BUAT PARTAI BARU” Viva teater !!! Kemutlakan atas sajian yang berdurasi 13 menit 26 detik itu terkesan ‘mau cepat selesai dan malu-malu tapi mau’. Kemudian silahkan mengejawantahkan maksud dari kesan tersebut. Sisi positifnya: SATEPENSA berhasil menyulap ruang pentas ala kadarnya (sesuai konsep GAGAS TEATER) dengan penuh maksimal dan menciptakan sensasi tontonan logis serta meng“kena” karena unik (yang walaupun lemah dan membosankan; dari kacamata keilmuan teater). Uniknya lagi kelompok SATEPENSA adalah satu-satunya kelompok yang paling minim latihan di lokasi pementasan selama jadwal yang telah disediakan sebelum persiapan acara telah berhasil menganulir masa penonton dengan sensasi kekagetan-kekagetan (bahasa teaternya: suspent) /kejutan-kejutan pola bloking yang sulit ditebak—entah karena memang sudah konsepnya demikian, atau memang belum direncanakan matang hingga sampai ke waktu pertunjukan sedikit terasa m e n g g a n j a l. Kemana singkronisasi puisi yang dibacakan dengan cara mendeklamasi itu dengan visual yang coba ditampilkan ?.... siapa tokoh sentral pembangun plot penceritaan dalam puisi itu?... apa yang membedakan pelaku utama-pelaku pembantu serta para figure dalam visualisasi puisi “AKU DAN ANAK KEMBARKU, DAN ANAKKU YANG SATUNYA LAGI YANG BUAT PARTAI BARU”?... atau memang sudah ingin dibuat adanya penyamaan tingkat fungsi pemeranan dalam visualisasi puisi oleh SATEPENSA ini?... dan yang paling penting adalah : pesan yang ingin disampaikan apakah dapat dimengerti oleh penonton atau tidak?... Jika ingin membuat visual pikirkan pula dampak visual apakah dapat dimengerti oleh penonton? Dan dapat sesuai dengan puisi yang disampaikan. Jika harus memakai property maka maksimalkanlah penggunaannya bukan hanya sekedar barang pajangan atau pembuat “heboh” saja. Jika harus memberika tontonan kepada penonton maka jadilah aktor dan artis yang mengenal hokum dimensi tokoh dengan cara pembedahan secara psikologis,sosiologis dan fisiologis. SSDR Te Dalam karya visualisasi puisi “ORANG GILA” Setidaknya kami para pelaku seni dalam [SI] tahu benar komunitas SSDR TE beberapa tahun terakhir memegang prediket komunitas teater remaja T E R B A I K di R I A U yang telah menelurkan aktor dan artis berbakat termasuk pola penyutradaraan dengan konsep tata artistic yang sempurna. Maha kaya dalam dimensi kreatifitas yang serba lebih baru dan lebih berkembang ketimbang komunitas teatere remaja lainnya di Riau. Tetapi, kejanggalan kami rasakan dalam penampilan malam GAGAS TEATER ini. SSDR Te kehilangan kemaha-dahsyatan pola teater mereka. “yang biasanya meng-aum- di Riau kini menjadi meng-ngeong- di kota tercintanya RENGAT. Ada catatan penting yang harus dijaga yaitu : konsistensi kepada latihan-latihan dasar ilmu teater dan pembekalan semangat tim (kolektifitas) dalam kerja kreatif yang satu sama lainnya musti mau berkorban dengan keikhlasan untuk lelah,capek,mual,muntah, bahkan mati dalam sebuah persiapan pementasan. Teater tidak bisa mengadndalkan satu tokoh utama pengeraknya. Teater adalah kerja kebersamaan yang menuntut makna kerja seni, kerja menghidupkan tokoh, kerja pertunjukan, kerja lprtunjukan langsung (live), kerja nilai kualitas pementasan, kerja nilai dramaturgi dengan 4 aspek ketentuan wajibnya. Membuka kembali buku-buku pedoman teater yang mungkin selama ini tersusun rapi di lemari adalah jawabannya. Atau mengumpulkan dan meredaksikan kembali ilmu para aktor-artis terbaik adalah jalan instant perbaikan komunitas ini. Mengakrabkan kembali kebersamaan tim dan kolektifitas kerja dengan jalan yang paling sederhana yaitu membedah naskah serta menjadikannya objek latihan jangka menegah untuk kemudian di pentaskan ke public. SSDR TE tempat lahirnya pelaku muda seni teater yang banyak diantaraya kemudian teatap menjadi pelita bagi perkembangan dunia seni teater yang jujur adanya adalah seperti sebuah judul naskah lakon “sumur tanpa dasar”. 1 x 1 : 8 [kosong] - gagal dalam persepsi yang ingin dibentuk. - gagal dalam cita-cita artistic - gagal dalam dramatig musikalisasi - gagal dalam maksud pertunjukan out door yang semustinya mampu menjemabk penonton dalam baluran saling komunikatif - berhasil dalam keseriusan cerita - berhasil dalam beberapa teknik-teknik dasar pembentukan laku lakonan - berhasil dalam kebersamaan (kolektifitas)