Jumlah Pengunjung Saat Ini

Senin, 26 Januari 2009

TARI RENTAK BULIAN


abstrak :

Tari Rentak Bulian merupakan salah satu dari ragam kekayaan daerah yang ada di Riau. Di daerah lain di tanah air Indonesia yang kita cintai ini pasti banyak lagi kesenian adat serta ragam budaya yang serupa ataupun berbeda. Merupakan suatu inventasi yang sangat besar bagi bansa kita apabila kita mau mempelajari serta menjaga kelestarianyan, sehingga seni daerah dapat menjadi tuan di negerinya sendiri.

Alangkah merupakan suatu keindahan yang sangat luar biasa apabila kaum muda mau mempelajari nilai budaya. Dalam perkembangannya kelak dapat dipastikan bahwa tali waris budaya tidak akan mudah putus begitu saja. Serta akhirnya keragaman dan keanekaragaman seni budaya dapat terjaga sepanjang masa.

Terimakasih dari penulis akan kepedulian pembaca terhadap papernya. Salah satu bukti nyata para peminat dan pewris budaya adalah dengan menggali informasi yang terkandung dalam berbagai bacaan seni seperti papert ini.

Kepedulian saudara akan berdampak besar pada penerusan tali budaya Indonesia.

1

Bahasa gerak yang tergambar lewat seni tari merupakan suatu yang sangat luar biasa. Pemaknaan setiap lentik jari, setiap rentak langkah, setiap tajamnya pandang dan juga lain hal lagi adalah suatu makna yang saling terkait satu sama lainnya. belum lagi lenggok gemulai dari para penarinya atau malah gambaran ekspresi kejiwaan yang tampak dari raut air muka yang luar biasa memikat penikmat seni tari.

Jauh dari itu semua, ada kalanya kita jarang memperhatikan poin terpenting dari sebuah tari. Adapun poin terpenting tersebut merupakan arti dari makna tarian itu sendiri. Tari yang merupakan perpaduan gerak yang intens dengan tidak meninggalkan kaidah keanggunnan merupakan media seni pengungkapan berbagai rasa dari suatu kejadian laku yang mendasari sebuah tema.

Bentuk tari salah satu skop kecilnya adalah ritual. Dalam paper ini diulas singkat sebuah tari ritual pengobatan yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat Indragiri Hulu, sebuah kota Kabupaten yang juga merupakan tempat asal penyusun di Provinsi Riau. Ritual pengobatan tersebu di kenal dengan nama Tari Rentak Bulian.

Pada paper ini juga nantiya penyusun akan membawa pembaca untuk dapat berfikir bukan sekedar memaknai karya seni dengan tepukan tangan saja, tapi juga berharap setelah membaca semua isi paper ini, pembaca tahu makna dari cara menilai sebuah karya seni yang sangat mengagumkan itu lewat media tari ( salah satunya ).

Sekiranya pula dalam paper ini ada suatu ketumpangtindihan cara pemaknaan, maka sebelumnya penyusun mohon maaf terlebih dahulu sebagai seorang manusia biasa yang juga tak elak dari pada kesalahan.

2
LEMBAR ISI DAN PENJABARAN

Sejarah Tari

Daerah Kabupaten Indragiri Hulu merupakan pintu gerbang langsung perbatasan daerah Provinsi Riau dengan Provinsi Jambi di arah Timur, berbatasan pula dengan beberapa kabupaten lain yang ada di Riau pada tiga arah mata angin lainnya. Secara cultural merupakan wilayah dengan adat yang kental kesukuan Melayu nya. Keadan alam nya yang sebagian besar adalah daerah daratan yang kaya akan hasil hutan serta termasuk dalam cagar alam Bukit Tigapuluh juga mengindikasi nama Indragiri Hulu sebagai wilayah melayu daratan di Provinsi Riau.

Keragaman alam telah diadapsi pendudukya yang hidup disana. Hal ini menciptakan sirkulasi budaya dengan ragam aneka bentuknya. Seni pertujukan yang terkenal seperti: Panggung teater rakyat ( Ranggung, Luka gila, Berandam , etc ) , Tari daerah ( Zapin, Silat pangean, Rentak bulian , etc ) , Kesenian musik ( Rebana, Joget, Gendang tabuh, etc ) merupakan sebagian kecil yang dapat kita jumpai di daerah tersebut hingga sekarang.

Ritual Pengobatan Rentak Bulian sendiri merupakan asal mulanya. Rentak yang maksudnya merentak atau melangkah, dan bulian adalah tempat singgah mahluk bunian atau mahluk halus dalam bahasa daerah setempat.

Tari Kreasi Rentak Bulian diambil senama dengan nama aslinya dengan menyeleksi ragam gerak tampa mengurangi arti dan makna yang terkandung didalamnya.

Kenapa Mesti Diseleksi Gerak dan Ragamnya ?
Pertanyaan itu yakin akan terlontar bagi para pembaca,
Penyeleksian ini terjadi karena kebutuhan pementasan yang harus memperhatiakn nilai dan hukum penunjang sebuah pertujukan. Ritual Pengobatan Rentak Bulian yang berlangsunng semalam suntuk dari segi

3
waktu pertujukan amat menyita tenaga, lain hal lagi seperti adanya sebuah ketentuan khusus bagi para penari yang terlibat yaitu tujuh orang dara desa yang tercantik dan masih perawan dengan seorang batin atau pemimpin upacara yang tak boleh sembarangan orang, batin adalah penduduk asli, seorang pria yang sudah paham betul keadaan masyarakat serta dapat dituakan dan dipercaya. Maka dengan tidak mengurangi arti dari acara asal mulanya, dibuatkanlah sebuah tari kreasi dengan mengindahkan tabu atau larangan. Namun tetap mempertahankan akar tradisi serta adat budayanya.

Terciptalah Tari Rentak Bulian.


Ritual Tari

Karena tari Rentak Bulian diangkat dari paham upacara adat Pengobatan maka ada juga beberapa hal yang perlu di perhatikan sebelum tari ini di langsungkan. Semua hal yang perlu diperhatikan tersebut terangkum pada bagian ritual tari sebagai mana berikut.

1. Penari adalah terdiri dari delapan orang muda yaitu 7 ( tujuh ) perawan
dara yang cantik dan molek tidak sedang kotor, serta 1 ( satu ) orang pemuda gagah perkasa,
2. Seluruh penari mendapat izin tetua adat kampung,
3. Sebelum menari, penari sudah diasapi dengan gaharu
4. Alat musik sudah pula di keramati
5. mayang pinang terpilih mudanya serta perapian tak boleh di mantera

Acara ritual tari ini biasanya berlangsung sebelum pertunjukan tari. Apabila ritual tari ini diindahkan, biasanya akan mendapat celaka yang tak di inginkan.


Para Penari

Seperti sudah dijelaskan diatas tadi bahwa penari berjumlah delapan orang dengan ketentuan 7 (tujuh ) orang dara dan 1 (satu ) orang bujag, ada pula ketentuan lain bagi para penari yaitu,

4


1. penari perempuan dalam keadaan bersih dari haid,
2. penari laki-laki sudah baligh
3. hapal benar gerak dan laku tari
4. sudah diasapi gaharu sebelum pementasan
5. setiap penari tak ada yang berdekatan bertalian darah

Dalam jalannya tari, tubuh para penari biasanya akan dalam keadaan siap menari dengan catatan sehat dan juga akan menjadi media penolak bala oleh para mahluk gaib. Biasanya pula penari pria akan dalam keadaan setengah sadar ( trans ) pada akhir puncak tari. Pada waktu itulah pula penari pria tersebut akan memecahkan mayang pinang sebagai media pengobatan dengan merentak mengelilingi penari perempuan lainnya.


Kelengkapan Tari

Bulian ; sejenis rumah rumahan atau pondok untuk tempat ritual
Perapian ; tempat untuk membakar sesaji
Kapur sirih ; alat untuk membuat balak atau tanda silang
Mayang pinang ; dari pohon pinang dan diukir motif melayu
Baju adat ; untuk dipakai para penari dan pemusik
Alat musik ; untuk pengiring tari



Alat Musik Pengiring Tari

Ada beberapa buah alat musik pengiring tario Rentak Bulian ini yaitu,

Gong, alat dari besi logam sebagai pengiring ritme langkah kaki penari
Seruling, alat tiup dari buluh bambu pilihan berlubang tujuh sampai duabelas sebagai tangga nada.
Ketok-ketok, dari sebongkah batang kelapa tua yang berdiameter 30-45 cm, di lubangi menyerupai kentongan pada daerah jawa.
Tambur, gendang besar sebagai bass.
Kerincing, pada kaki penari

5

Alat musik kulit lainnya sebagai gendang dengan ukuran dan bentuk yang berfariasi.


Jalannya Tari

Tari diawali dengan musik yang bertalu dengan langkah rentak bulian khas irama daerah setempat. Para penari berturut – turut dari seorang penari laki-laki yang berada di tengah apitan dua orang penari perempuan yang membawa mayang pinang dan perapian, serta lima penari perempuan lainnya berjejer berurut di belakang penari laki – laki masuk ke tengah arena tari di mana telah terletak sebuah bulian. Lahkah kaki mereka kaku dan tangan menyilang kedada depan.
Penari laki – laki yang bertelanjang dada dan bersayap putih adalah pemimpin gerak dengan tatap mata yang tajam di sebut batin.
Dua penari perempuan dikanan dan kiri batin adalah pengawal yang bertugas membawa kelengkapan upacara yaitu perapian di sebelah kiri, dan mayang pinang di sebelah kanan.

Semua penari bergerak dipimpin batin sampai ke bulian. Dalam pada itu, sesempai di bulian batin melakukan upacara dibantu dua orang pengawal. Dari mengapikan perapian sampai dengan mengasapi mayang pinang serta membalak tubuh atau membuat tanda silang pada tubuh penari laki – laki.

Lima penari lain nya bergerak mengikiti ritme musik dalam posisi duduk dan mengambil sikap menyembah batin.

Setelah batin selesai upacaranya maka ia akan mentilik para penari perempuan di sekitar bulian. Para penari perempuan termasuk pengawal akan mengantisipasi apabila secara tiba – tiba batin dalam keadaan trans.

Ketika batin dalam keadaan trans atau setengah sadar, ia akan memecahkan mayang pinang sebagai simbolik pengobatan, kemudian kembali ia mengitari penari perempuan untuk menghilangkan bala. Sang pengawal mengambil sikap menjaga para penari lainnya dari bahaya ketidaksadaran sang batin. Pengawal akan merebut mayang dan batin kembali terjaga dari keadaan trans nya.

6

Berikutnya , para penari akan mengitari bulian dan mengambil sikap pause atau berhenti sejenak dalam tari lalu kembali bergerak meninggalkan area tari.

Tari selesai.