Riau beraksi Bungkus Kritik Sosial dengan Adegan Komedi
Laporan FIRMAN AGUS, Kota
firman-agus@riaupos.com
Banyak jalan menuju Roma. Begitu pula banyaknya pilihan orang-orang untuk menilai, memandang dan mengkritisi negeri ini. Di saat-saat permasalahan semakin kompleks, musibah di mana-mana dan kisruh yang bak patah tumbuh hilang berganti, masyarakat Indonesia-pun gerah.
Dibuat menunggu peristiwa demi peristiwa yang seakan-akan tidak akan pernah usai. Kelompok teater Riauberaksi coba menyentil itu lewat sebuah pementasan komedi bertajuk Delay.
Sekitar pukul 20.00 WIB, suara pengumuman bahwa pesawat akan segera berangkat terus diulang-ulang dari dalam ruangan Gedung Idrus Tintin Pekanbaru Sabtu (19/3) malam lalu.
Selanjutnya suara pesawat berderu diperdengarkan kepada penonton yang sebagian besar adalah muda-mudi.
Sejenak penonton seakan-akan diajak masuk ke dalam suasana bandara dan terbang ke angkasa, sementara pementasan belum juga dimulai.
Tiba-tiba lampu ruangan yang luas ke atas itu meredup, panggung terbuka dan prolog bernada pelan mulai terdengar.
Seorang pensiunan yang berada di atas anjungan paling tinggi duduk santai dengan kursi goyangnya, sambil bercerita rentetan peristiwa yang terjadi di Indonesia, yang menurut mereka, membuat masyarakat bosan dan terus menunggu dalam ketidakpastian.
Sudah bisa ditebak, sekitar delapan belas karakter pementasan main dalam waktu bersamaan sebagai dua petugas bandara dan enam belas penumpang yang sedang menunggu penerbangan. Supaya lebih lokal agaknya, adegan dimulai dengan berangkatnya seorang wakil rakyat secara istimewa menggunakan pesawat pribadi.
Para penumpang lain tentu tidak terima, selain stres menunggu pesawat yang tidak juga kunjung datang dan dikerjai beberapa kali oleh petugas bandara, mereka semua langsung menyemprot sang wakil rakyat yang tidak mengembalikan mobil dinasnya.
Semenjak itu seluruh peristiwa yang pernah lama mengemuka di Indonesia satu persatu muncul, mulai dari koin untuk presiden, kemelut PSSI, Irfan Bachdim dengan patriotisme butanya, artis yang suka mencari sensasi, sampai-sampai Miyabi dan FPI juga disinggung.
Di tengah-tengah suasana pementasan makin memanas, sementara penonton terkikik-kikik tertawa, para pemain teater bernyanyi mengikuti lagu yaang terus diulang-ulang oleh salah satu tokoh yang memerankan Irfan Bachdim.
‘’Kulihat ibu pertiwi, sedang bersusah hati,’’ lirik lagu ini bergema, delapan belas tokoh yang memerankan latar belakang yang berbeda larut dalam lagu patriotis dengan makna yang dalam ini.
Pementasan teater Delay ini adalah cara lain sanggar Riauberaksi melihat peristiwa yang terjadi di Indonesia.
Sanggar ini mencoba mengajak para penontonnya tetap bangga menjadi seorang Indonesia, walaupun kondisi sosial ekonominya sedang carut marut.
Seperti yang dikatakan sang Sutradara Willy Fwi dalam pesan yang tersirat di sela-sela teater kritik sosial berbungkus komedi ini. ‘’Apapun yang terjadi di negeri ini sepatutnya kita bangga, negeri ini terlalu indah untuk dihancurkan oleh para parasit dan sampah negeri ini,’’ tegas Willy Fwi lagi di ujung pementasan.
Sementara, seusai pementasan berakhir, para pemain yang datang dari berbagai latar belakang pekerjaan, status dan usia mendapat ucapan selamat dari para penonton yang hadir pada malam itu.
Zainal salah seorang penonton yang hadir Sabtu (19/3) lalu memberikan apresiasi atas pementasan Delay ini.
‘’Ini bagus, menyentil tapi lucu. Kalau bisa kritikannya lebih ditajamkan lagi,’’ ujar Zainal, warga Jalan Pangeran Hidayat Kecamatan Pekanbaru Kota ini.(*7/yls)