Jumlah Pengunjung Saat Ini

Rabu, 06 Januari 2010

Tribun Pekanbaru Pameran Foto Yatna

Yatna Pajang 147 Karya Tunggal
Jumat, 1 Januari 2010 | 08:32 WIB
Laporan Ihsanul Hadi

Bagi sebagian orang foto pertunjukan seni mungkin tak mempunyai makna sehingga diabaikan begitu saja. Tapi bagi Yatna Yuana Sumardi, foto-foto yang dijepret dari pertunjukan seni, seperti teater, tari dan musik merupakan sesuatu yang bernilai tinggi.

Foto yang dikumpulkan Yatna dapat dilihat pada pameran tunggal foto yang bertajuk 'Membingkai Gerak dalam Gambar' di Gedung Olah Seni Taman Budaya Provinsi Riau. Pameran yang mulai berlangsung 29 Desember 2009 hingga 1 Januari 2010 itu merupakan rangkaian kegiatan Taman Budaya menutup tahun 2009 dengan kegiatan Panggung Seni Rakyat (Pasera) Puncak.

Sebanyak 147 foto yang ditampilkan pada pameran itu merupakan kumpulan foto yang dimiliki Yatna sejak tahun 1989 hingga sekarang.

"Selama ini hanya saya sendiri yang dapat menikmatinya. Melalui pameran hasil krejasama dengan Taman Budaya Riau saya ingin berbagi dengan penikmat seni lainnya. Saya merasa puas karya foto artisitik ini dapat dinikmati orang lain," ujar tenaga pengajar Universitas Islam Riau (UIR) ini, Kamis (31/12).

Dari foto-foto yang ditampilkan tersebut sekilas memandang tak terdapat hal yang menarik dan mengesankan. Foto artistik tersebut lebih mirip dengan sebuah lukisan hidup berupa atraksi seni seorang atau sekelompok orang yang tengah memperagakan tari atau teater. Tapi ketika satu per satu foto tersebut diamati secara seksama muncul sesuatu perasaan yang indah.

"Itulah seni, tak dapat diungkapkan dengan kata-kata tapi dapat dinikmati dengan perasaan. Itu pula sebabnya foto-foto ini tak mempunyai keterangan karena dari foto itu sudah bercerita tentang makna yang terkandung," tutur lulusan Akademi Seni Drama dan Film Indonesia (Asdrafi) Jogjakarta ini.

Foto yang ditampilkan Yatna tak hanya jepretan pertunjukan seni lokal, tapi juga nasional dan mancanegara. Foto itu diambil ketika penyelenggaraan iven seni nasional dan internasional, seperti pada Parade Tari Daerah dan Nasional. Sementara foto pertunjukan seni mancanegara diambil ketika tampil di Pekanbaru.

Dunia fotografi sudah dikenal Yatna ketika duduk di kelas V SD di Jakarta. Fotografi dikenalkan pamannya yang lebih awal menekuni profesi fotofrafer tersebut. Minat dan bakat fotografi ini terus berlanjut hingga Yatna kuliah di Asdrafi Jogjakarta. Tak banyak fotografer di Indonesia yang spesifik mengabadikan hasil pertunjukan seni sehingga karya seni fotografi yang ditampilkan Yatna dipameran tunggal pertamanya di Taman Budaya Riau menarik dinikmati.

"Perkembangan fotografi di Riau saat ini terus berkembang. Terbukti munculnya berbagai komoditas fotografer, hanya saja belum terkoordinir dengan baik sehingga belum begitu dikenal masyarakat. Seni foto juga masuk kategori budaya yang harus mendapat perhatian dan dikenalkan kepada masyarakat terutama kalangan pelajar," tutur Yatna yang berencana menyusun desertasi gelar doktornya di Universitas Negeri Padang (UNP) terkait seni pertunjukan.

Magister Pendidikan (S2 UNP) ini masih memiliki ratusan koleksi foto pertunjukan lainnya yang belum dibingkai. Pada setiap kesempatan pameran foto di luar negeri dan tingkat nasional, Yatna selalu mengikutkan hasil jepretan seni pertunjukannya yang ditampilkan oleh rekan-rekan seniman fotografer yang ikut pada kegiatan pameran tersebut.

Galeri Fotografi Dadakan
Pameran foto tunggal Yatna Yuana Sumardi di Gedung Olah seni Taman Budaya Riau merupakan yang pertama kali digelar. Hal ini tak terlepas dari fasilitas Taman Budaya Riau yang belum memiliki galeri seni, fotografi dan lukisan. Galeri foto yang ditampilkan Yatna merupakan inisiatif dadakan bersempena Panggung Seni Rakyat (Pasera) Puncak.

"Pameran foto ini untuk menarik minta pengunjung. Memanfaatkan ruang, Gedung Olah Seni supaya dapat dinikmati pecinta seni di Riau. Yatna merupakan pemancing penggiat seni lainnya untuk memanfaatkan gedung yang ada menggelar karyanya," ujar Kepala Taman Budaya Riau, Pulsiamitra.

Taman Budaya memberi kesempatan kepada seniman lainnya untuk menggelar karyanya di Gedung Olah Seni. Program yang dicanangkan tahun 2010, menghidupkan kembali pasar seni sebagai ajang menampilkan karya seni para seniman. Baik seni tari, lukis, forografi dan teater.

Gedung Olah Seni Taman Budaya yang diharapkan sebagai lokasi pameran atau pertunjukan seni sebenarnya belum memadai dan lengkap sarana yang dibutuhkan. Gedung yang dibangun puluhan tahun tersebut sudah tertinggal dalam hal desain dan dekorasi. Misalnya penataan lampu pertunjukan yang masih secara manual.

Hal ini terlihat dari pameran foto yang ditampilkan Yatna masih dibingkai dan pajang secara sederhana. Tak terdapat lampu artistik di papan pajangan foto yang dapat menambah nilai seni serta dapat dinikmati lebih seksama pada malam hari.

"Penampilannya masih sederhana, tapi foto yang ditampilkan cukup bagus," ujar seorang pengunjung, Yos. (hnk)